Kami menerima tulisan maupun foto pertunjukan. Silahkan kirim ke tomo_orok@hotmail.com

Kamis, 01 November 2007

Event teater Bali, panggung Aktor bukan Penonton

>>Catatan dari Sudarmoko<<


Tidak sepenuhnya terlibat dalam aktivitas teater mungkin membuat tulisan ini agak kurang beralasan. Setidaknya bagi pelaku aktif di Bali pada umumnya dan spesifiknya, Denpasar. Hanya karena sebagian teman dekat (kebetulan dekat, for u Dedy) kayaknya membuat menilai teater bukan menjadi sebuah kebetulan. Mungkin juga karena saya juga sedang study di kota ini.

Keterjebakan ke dalam ruang kesenian membuat aktivitas pengisi waktu sehari-hariku dikota ini hanyalah menjadi penonton keliling. Menjadi penonton setiap acara kesenian di Denpasar atau pun kota lainnya, itu pun kebanyakan dalam event yang butuh uang alias gratis. Anehnya memang sungguh banyak event kesenian yang butuh penonton keliling seperti aku. Bahkan hanya untuk nonton aja kita dibayar dan dikasih pelayanan yang memuaskan (i Love u opening paint event).

Nah sayangnya ada satu ruang yang rada ketinggalan dalam model pedekatan menjaring penonton. Ruang itu bernama teater. Teeater tidak memberikan sedikitpun panggungnya buat para penonton, setidaknya untuk menyaksikan pentas dengan nyaman. Dan lucunya event teater di Bali hanya menjadi semacam "para aktor menonton pentasan aktor". Nah terus siapa yang berada sebagai "penonton" dalam pengertian sesungguhnya. Penonton keliling seperti saya misalnya, yang hanya tertarik melihat jalan cerita, tanpa harus memikirkan sambil berkata "anjing [dalam hati]" jelek banget gedungnya.

Dalam pementasan teater di Bali [hampir seluruh event] kurang memperhatikan keberadaan tempat penyelenggaraan acara. Kadang di gedung aula, kadang di kelas, kadang di tempat parkir, bahkan ada yang miris ada event reguler yang make bale banjar buat tempat pementasan. Memang ada juga sebagian yang bagus kayak di Art Center ato tempat lainnya yang bisa menciptakan suasana nyaman penontonnya.

Jika orang bisa nonton film dengan rela ngeluarin uang buat sewa kursi bioskop. Ato bayar karcis buat uang ganti panitia untuk ongkos akomodasi arti di pentas Musik, kenapa teater yang udah gratis tinggal nonton, saya harus komplain?

Jelas saya harus kompalin.
Dalam teater, penonton berhak atas panggung yang ada. Teater yang bagus adalah teater yang mempunyai keterlibatan aktif dalam pementasan. Sedangkan penonton teater yang bagus adalah penonton yang mempunyai pembedaharaan kode tanda dalam pementasan.

Kenapa harus begitu?
Dalam teater yang bagus sinergitas semua element harus nampak dan ngga boleh timpang. Ngga ada yang lebih dominan antara tukang lampu, penonton, aktor, perias, dekor panggung, sutradara, penanggung jawab pementasan, semuanya yang terlibat. Semua harus tampak dan di sana pesan dan kesan dari pementasan akan dapat dibaca dan ditangkap.

Tapi sayangnya seperti di atas disebutkan bahwa event teater di Bali hanyalah pentas Narsis aktor yang saling kenal satu sama lainnya. Seperti rantai makanan yang berputar melingkar dalam poros acara yang sama yaitu, Teater Bali. Terus mau bergerak kemana teater ini?

Dan kedepannya, kalo mendatangkan penonton saja kesulitan apalagi menciptakan seorang aktor handal. Jangan memaksa berjalan dalam lubang kubur yang sama. Sia-sia!

Teater, Bagi Panggung.

Moko
catatan dari tomo:
*Penonton teater, suka keliling-keliling sebab sering pusing. Cintanya masih tetap kepada seorang wanita. Ada keinginan yang kuat untuk balik "jalan
" bareng Dian Sastro. Dia masih bingung milih Bunga Citra atau Citra Bunga. Atau Dian?

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ikut komentar nih

ya memang ga hanya di Bali ajah....
di luar Bali pun kalo ada event teater, kebanyakan yg nonton cuma pesertanya.... ato yang itu-itu saja...

ya publikasi mungkin mempengaruhi juga

sempet pula temen kuliah tanya... kok ga kedengaran ada pementasan teater ??

padahal depan kampus dan hampir seluruh denpasar sudah terpampang (Pementasan "Takoet", teater orok)poster-pamflet- malah depan kampus sudirman (skrng g bole ) sudah ada baliho yg lumayan kelihatanlah....

kok bisa mereka tanya sperti itu???

ato mungkin publikasi kurang menarik hati...
g seperti pamflet2 acara musik???

General Rehearseal

General Rehearseal
a Time between Us by Teater Satu Kosong Delapan

Exercise

Exercise
Teater Satu Kosong Delapan