Kami menerima tulisan maupun foto pertunjukan. Silahkan kirim ke tomo_orok@hotmail.com

Rabu, 07 November 2007

Ubud Writers and (un)Readers Festival

>>Pilihan Peternak Teater :Essai Jawaban<<

tulisan
dari kedai d-net (bunyirantau@yahoo.com)

Beberapa hari sebelum acara tersebut berlangsung saya dapat undangan dari pihak panitia untuk melakukan peliputan. Masalah publikasi dan penggunaan media sangat dipentingkan dalam acara reguler tersebut. Tidak bemaksud menilai dari sisi negatif, akan tetapi kritik atas event akbar tesebut adalah mencari pembaca (yang sebenarnya) yang terlibat aktif.

Saya tidak menemukan secara jelas kategori pembaca tersebut. Dalam artian begini, sang penulis jelas akan mendapat tempat yang nyaman dari panitia karena mereka adalah undangan. Sedangkan pembaca ada dalam kamar hotel berapa?
Bahkan di dalam katalog acara pun saya tidak melihat satupun profile yang tertulis sebagai Reader.

Tapi jelas tulisan ini tidak akan mengupas masalah event tersebut. Tulisan ini akan bercerita tentang kisah klise romantis seorang tokoh pecinta, namun sayang bukan wanita tapi pecinta teater. Sedangkan narasi di atas hanya sebagai inspirasi bagi saya untuk menjadi penulis dan pembaca kisah ini.

Saya mulai memperkenalkan Nalingga,
sosok tua yang saya telah kenal sejak 2 tahun yang lalu.
Kali ini saya bercerita tentang kegamangan saya tentang bidang yang saya geluti, tentu kalian sudah tahu - bahasa, sastra, & media -. Saya terlalu susah untuk menjadi bagian dan berperan di sana. Itu masalah saya.
Nalingga diam dan menjawab "Buka pintunya, Jangan Ambil Kuncinya"

Saya ngga ngerti tentang maksud perkataan dia, tapi saya ngga mau tampak bodoh dengan mengulang pertanyaan saya. Saya mulai memakai teman sebagai analogi untuk mengulang pertanyaan.

"Teman saya juga punya kendala, dia ada di Teater dan dia merasa begitu bebal di dalamnya tapi dia tidak bisa untuk meninggalkannya." Dia lebih beruntung dia bisa masuk dan berdinamika di dalamnya, "tapi dia merasa bahwa dia ada dalam wilayah Muda. Itu permasalahan dia, dan dia selalu tampak resah."

Dengan tenang Nalingga berkata"Buka pintunya, Jangan ambil kuncinya."

Karena jawaban yang sama saya merasa bosan dan kemudian meluncurkan kembali pertanyaan. "Kenapa kami dilarang untuk mengambil kunci itu, apakah kami tidak pantas untuk menjadi penerus dari ruang itu? Jangan kau bilang karena kami terlalu muda."
Nalingga semakin sabar untuk mendengarkan amarahku dan setelah aku berhenti karena lelah dia mulai bercerita.

Aku akan bercerita tentang Kamar rahasia dan seorang raja yang kejam. Dia melakukan segala tindakan yang dia suka. Setiap penduduk sangat benci padanya, namun tiada pernah menjatuhkannya. Hanya karena raja tersebut mempunyai sebuah kunci kamar rahasia yang bisa membuat setiap orang akan merasa tenang jika melihat di dalamnya. Setiap orang yang hendak melawan atau menolak perintah, mereka akan dibawa ke kamar tersebut dan kemudian mereka akan berubah pikiran.

Dalam kerajaan itu hidup pula seorang, pangeran tampan dari kerajaan lain yang ingin menghentikan kekejaman tersebut. Dia menegtahui bahwa sesuatu yng membuat hari penduduk yang menolaknya adalah sebuah kamar rahasia dan raja punya kunci itu.

Pada suatu malam pangeran melakukan pencurian untuk mendapatkan kunci tersebut dan dia berhasil. Karena keberhasilan itu dia akhirnya melakukan kudeta dan merencanakan pemancungan terhadap raja. Raja telah ditawan dan dia mengumumkan pemancungan tersebut. Dia menjadi raja selanjutnya, banyak penduduk yang senang namun ada juga yang ngga suka karena hukuman pancung tersebut dinilai terlalu keji.

mendengar ketidaksetujuan tersebut akhirnya sang Pangeran memanggil mereka yang kemudian diajak ke dalam kamar rahasia dan seprti biasa penduduk itu berubah pikiran.
Peristiwa tersebut berlangsung terus menerus, curi-mencuri kunci dan melakukan tindakan keji telah berlangsung turun menurun.
emnjadi rantai kisah kekejaman seperti tongkat estafet yang di alihkan dari satu tangan ke tangan yang lain.
Sampai pada suatu ketika ada seorang lelaki peternak yang tanpa sengaja melihat kunci yang terjatuh dari seorang raja yang kebetulan lewat di depannya. Dia sadar bahwa kunci tersebut adalah kunci yang diperebutkan. Dalam sekejab muncul keingingan dalam hatinya, bergejolak hingga menjadi opsi-opsi tindakan;

1. Mengambilnya dan mengumumkannya untuk menjadikan dirinya seorang raja.
2. Mengambilnya dan berdiam diri, bermaksud untuk mendapat ketenangan dan kesenangan pribadi.
3. Atau memikirkan menutup pintu membuang kunci dan menutup dalam-dalam cerita kamar rahasia.


Nalingga mengakhiri cerita dalam pilihan-pilihan tersebut dan bertanya, "Jika jadi peternak itu apa yang akan kamu lakukan?"
"Aku bingung harus memilih mana!" jawabku bimbang.
Dengan tegas dia bilang, "aku tidak menyuruhmu untuk memilih. Memilih bukanlah tindakan"
Dia menegaskan hal itu dan saya masih bingung, karena dia tidak menuruhku memilih, hanya mengatakan, "Apa yang akan kamu lakukan?"


Teater, Buka pintunya jangan ambil kuncinya!

Tidak ada komentar:

General Rehearseal

General Rehearseal
a Time between Us by Teater Satu Kosong Delapan

Exercise

Exercise
Teater Satu Kosong Delapan