Kami menerima tulisan maupun foto pertunjukan. Silahkan kirim ke tomo_orok@hotmail.com

Kamis, 27 Desember 2007

Menimpakan Kesalahan karena Kebodohan!

>> Semacam kritik <<

Saya pikir bukanlah hal baru saat pelaku teater mengeluhkan bahwa teater tak laku jual. Kemudian ujung-ujungnya menyalahkan: penontonnya yang kurang apresiatip dan melulu itu-itu saja, sponsor enggan mendekat dan pemerintah yang tak pernah mau menggubris.

Benarkah faktor kesalahan ada di pihak masyarakat, sponsor atau pemerintah?

Mari kita telisik satu persatu.

a. Masyarakat

Pada dasarnya masyarakat butuh tontonan. Tengoklah di pasar-pasar tradisional saat tukang jamu dan sulap membikin atraksi, tak sedikit orang berkerumun untuk melihat. Lihat juga betapa masyarakat begitu semangat nonton pertunjukan-pertunjukan seni tradisional. Juga beberapa kelompok teater profesional yang "telah berhasil" menggaet massa fanatiknya dan membuat tiket box habis terjual.
Jadi benarkah masyarakat yang salah?
Atau pelaku teater sendiri yang lemah?

b. Sponsor

Asumsi bahwa pihak swasta selalu memperhitungkan untung dan rugi barangkali itu benar. Saya pikir wajar saat seseorang memberikan sesuatu maka dalam hitungan bisnis sangat diperhitungkan; apa keuntungan yang dapat diperoleh oleh saya?
Seberapa besar pengaruhnya bagi omset, saat saya - sebagai sponsor - mensponsori sebuah pertunjukan.
Tentu pihak swasta akan sangat mempunyai banyak pertimbangan saat menyetujui untuk mensponsori sebuah pertunjukan.

c. Pemerintah

Asumsi bahwa pemerintah tak mau menggubris seni pertunjukan saya pikir tak selamanya benar. Saya pikir disetiap pemerintahan baik kota, kabupaten, propinsi maupun pusat menganggarkan dana untuk kesenian. Meski pada ujungnya tak maksimal keluarnya dana dan terkadang hanya dikeluarkan untuk membiayai "seniman itu-itu saja". Tapi bukankah pemerintah telah mengalokasikannya?
Yang jadi pertanyaan; sejauh mana pelaku teater diketahui kiprahnya oleh pemerintah?

Mending, daripada menyalahkan ketiga "oknum" diatas mending mari kita salahkan "pelaku teater"nya saja!

Kenapa?
Memangnya loe siapa?

1 komentar:

Bambang Aroengbinang mengatakan...

ada benarnya juga kritik diri itu bung; daripada mengkritik dan bersikap memusuhi, lebih produktif ada upaya mendekati pihak2 tersebut secara lebih konsisten dan profesional.
pilihan tontonan memang semakin banyak, dan ide2 kreatif yg bisa menciptakan "buzz" akan membantu publisitas yg menarik penonton.
semoga teater tambah maju. salam.

General Rehearseal

General Rehearseal
a Time between Us by Teater Satu Kosong Delapan

Exercise

Exercise
Teater Satu Kosong Delapan