>> Cacatan Pementasan Teater Orok Universitas Udayana <<
Ditulis oleh Jauhar Mubarok
Seorang perempuan bergaun putih bersih duduk dengan tenang seraya menggambar pada lembaran kertas. Datang seorang laki-laki dengan tubuh tambur menarik trolly yang berisi beragam benda. Tampak kebingungan sedang menggelayuti pikirannya. Lelaki tambur tersebut memungut apa saja yang dijumpainya. Namun setelah memperhatikan setiap sesuatu yang dipungutnya lantas ia buang lagi. Seakan beberapa hal yang dijumpai dan dipungutnya itu bukan hal yang dikehendakinya. Perilaku semacam itu ia lakukan berulang-ulang. Lelaki tambur tersebut terus saja mondar-mandir berkeliling.
Kemudian ia ambil satu per satu barang yang ada di dalam trolly-nya dan diperiksa secara seksama dan tergesa. Karena bukan hal yang dimaksud, benda-benda tersebut juga dikembalikan dengan cara kasar; dilempar. Tidak puas, ia aduk-aduk semua isi trolly. Namun ia merasa tidak menemukan apa yang dicari.
Itulah penggalan pementasan Teater Orok pada Gatel V di aula Syuradharma, SMAK Santo Yoseph Denpasar, 15 Desember 2007. Malam itu Teater Orok mementaskan naskah “Mencari Hidup Baka” karya Amal Hamzah yang ditulis sekitar 1940-an. Mencari Hidup Baka dimainkan oleh Febrian Niko Wijanarko (Duniawi) dan Ni Kadek Lianita Gautama (Baka) dan disutradarai secara keroyokan; Niko, Lia, dan Haris.
Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas dengan apa yang telah diraihnya. Laiknya petualang dirinya merasa harus mencari dan memenuhi apa yang diingini, meskipun banyak hal yang diingini pun telah terpenuhi. Manusia berharap dengan memenuhi apa yang diingini, maka ia akan sampai pada kebahagiaan sejati. Hidup hedon dan konsumerisme adalah jawaban yang manusia lakukan untuk meraihnya.
Selain itu ada juga manusia yang mempunyai sifat berkebalikan dengan yang di atas. Di mana dirinya laiknya sufi yang tidak butuh apa; mencoba melarikan diri dari kehidupan dunia ini sendiri. Ia merasa telah dipermainkan oleh kehidupan dunia. Carut-karut kehidupan dunia yang terus berlarut-larut membuatnya semakin bosan dan muak atas realitas yang tidak berpihak. Hidup laiknya sebuah perjalanan penderitaan yang harus segera ditanggalkan. Dengan demikian, dirinya berharap mendapatkan kehidupan lain yang nirmaya.
Sekiranya demikian pesan yang hendak disampaikan dalam pementasan Mencari Hidup Baka tersebut. Sebuah fragmen usaha manusia memaknai hidup; satu tujuan beda jalan. Masing-masing saling menafikan hal yang lain. Masing-masing menganggap paling benar apa yang tengah ditempuhnya.
Apakah dengan cara demikian mereka mendapatkan kebakaan?
Proses Produksi
Menurut Bajuri, panggilan akrab Febrian Niko Wijanarko, meskipun hanya butuh dua orang pemain, dalam menyiapkan pementasan ini Teater Orok bukan melenggang dengan lancar. Ada beberapa kendala yang harus dihadapinya, walaupun persiapannya telah jauh-jauh hari dilakukan. Misalnya, karena ada beberapa kesibukan pada bulan November dirinya sempat mengundurkan diri dari proses produksi ini. Tidak masalah. Lia, yang kini menjadi ketua ukm teater di lingkungan Universitas Udayana ini, akhirnya masuk. Latihan berlanjut.
Sekitar dua minggu sebelum hari H, seorang pemainnya “hilang” tidak tahu di mana rimbanya. Akhirnya Bajuri secara “terpaksa” kembali terlibat sebagai pemain. Hal ini karena Teater Orok lolos kurasi dan sudah menyatakan bersedia untuk pentas di ajang tahunan yang diselenggarakan oleh Teater La Jose sejak lima tahun yang lalu. Akhirnya pada malam yang terjadwalkan Teater Orok dapat pentas.
“Kecewa!”, ungkap Bajuri singkat menanggapi penampilannya. Dirinya merasa ada yang kurang dengan pementasannya tersebut.
Ketika ditanya tentang sistem kurasi dalam Gatel V, Bajuri menganggap hal tersebut cukup bagus. “Akan menimbulkan tantangan (bagi para pemain -red) untuk bermain secara maksimal. Dan apa yang diinginkan (ditargetkan –red) dari proses ini dapat tercapai”.
Selain itu, Bajuri juga berpandangan, ajang Gatel ini dirasa cukup bagus. Di mana para penggiat teater dapat berinteraksi dan bersilaturahmi.
Sebenarnya rencana awal Mencari Hidup Baka ini akan disuguhkan untuk warga bukit Jimbaran pada pementasan tunggal Teater Orok di kompleks Kampus Bukit Jimbaran, namun waktunya belum ditentukan.
Semoga, dalam waktu yang tidak berapa lama lakon tersebut akan segera disajikan di kampus bukit Jimbaran secara lebih maksimal. Meskipun sudah pentas di Gatel.
Kami menerima tulisan maupun foto pertunjukan. Silahkan kirim ke tomo_orok@hotmail.com
Minggu, 16 Desember 2007
Pencarian Tanpa Batas!
Diposting oleh
tomo
di
07.24
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blognya Sahabat
Aksi minimalis Blackfogs Andy Padang the motivator! aRya Gothic Ayip Matamera Bilal Furqoni Bintang Bermusik Bonekanya Dian Car Insurance Dedi Dolrosyed Craig Says Digital Polaroid Dr Dree Spesialis Mata Fanty as Drama Queen Free Tips for You Kata Heru Live lovenya Oecan love-dollar mas ncEp Mangkok Bali Mediax Yonas Sestrakresna the videomaker Tatiana Browniestone Rais Blajar Terus Slugger skater Satya Natherland Rumah Tulisan Plinplan n cute Penyair Wayan "Jenki" Sunarta Pak cik Teranung di Jiran Ratih Indrihapsari Dayu Cute Puisi Selaksa Jiwa Bams Rendesvouse Penyair Riki Damparan Putra Saichu Soulidaritas Dadap Blog Learning English Pojok Waroeng Kopi Tenggarong23 Etavasi Blogkita-Bandungblog Civil Engineering Bagus Batam Hidup Belajar Nara Chill Lounge Music Neo Kid on the Blog Love-sex and Marriage New Music Update Retchel 1980 Craig Says Marilyn Kate Soraya City Adek Campur Campur Pinay Mom in Czech Hideout Gateway Gles Moch Satrio Welang
Teater Topeng SMAN 2 Denpasar
Intan Ivanna John
Teater Rumput SMKN 1 Denpasar
Robby
Tidak ada komentar:
Posting Komentar