>> Lagi-lagi mencari kemungkinan <<
Denpasar di bulan Desember banjir event teater. Sama seperti hujan yang bikin bandang di mana-mana. Ini anugrah atau petaka?
Pelaku, penonton pun penggembira bersorak-sorak, juga bersungut-sungut, mengikutinya.
Saya jadi "merasa" punya teman untuk berbuih-buih berbincang teater. Sayang kadang, bahkan sering, buih itu menggelembung dan menguap jadi kentut. Ga ditulis siiih...
What? lalu dimana tukang kritik?
Bila ada monolog "Matinya Tukang Kritik" maka memang kah di Denpasar, tukang Tulis kritik telah mati? lalu bagaimana cara meniupkan napas bikinan ke tukang tulis kritik?
Sebuah peristiwa teater tanpa kritik, tak akan jadi matang. Tak ada yang menuliskan akan jadi hambar dan menguap lenyap.
Kami menerima tulisan maupun foto pertunjukan. Silahkan kirim ke tomo_orok@hotmail.com
Jumat, 21 Desember 2007
Matinya Tukang Kritik
Diposting oleh
tomo
di
23.09
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blognya Sahabat
Aksi minimalis Blackfogs Andy Padang the motivator! aRya Gothic Ayip Matamera Bilal Furqoni Bintang Bermusik Bonekanya Dian Car Insurance Dedi Dolrosyed Craig Says Digital Polaroid Dr Dree Spesialis Mata Fanty as Drama Queen Free Tips for You Kata Heru Live lovenya Oecan love-dollar mas ncEp Mangkok Bali Mediax Yonas Sestrakresna the videomaker Tatiana Browniestone Rais Blajar Terus Slugger skater Satya Natherland Rumah Tulisan Plinplan n cute Penyair Wayan "Jenki" Sunarta Pak cik Teranung di Jiran Ratih Indrihapsari Dayu Cute Puisi Selaksa Jiwa Bams Rendesvouse Penyair Riki Damparan Putra Saichu Soulidaritas Dadap Blog Learning English Pojok Waroeng Kopi Tenggarong23 Etavasi Blogkita-Bandungblog Civil Engineering Bagus Batam Hidup Belajar Nara Chill Lounge Music Neo Kid on the Blog Love-sex and Marriage New Music Update Retchel 1980 Craig Says Marilyn Kate Soraya City Adek Campur Campur Pinay Mom in Czech Hideout Gateway Gles Moch Satrio Welang
Teater Topeng SMAN 2 Denpasar
Intan Ivanna John
Teater Rumput SMKN 1 Denpasar
Robby
1 komentar:
sama seperti comment ku di sini
wah, kayaknya sulit aku menjadi bagian itu, hahaha....!!! wong teater masih menjadi hiburan sekaligus tempat ketemu temen buatku.
hmm, kalo kritikus teater gak ada. kayaknya orang ISI dan sejenisnya harus bertanggung jawab. percuma sekolah seni tapi cuma menghasilkan tukang seni... hehehe...
bukan begitu?
Posting Komentar