Kami menerima tulisan maupun foto pertunjukan. Silahkan kirim ke tomo_orok@hotmail.com

Jumat, 21 Desember 2007

Matinya Tukang Kritik

>> Lagi-lagi mencari kemungkinan <<


Denpasar di bulan Desember banjir event teater. Sama seperti hujan yang bikin bandang di mana-mana. Ini anugrah atau petaka?

Pelaku, penonton pun penggembira bersorak-sorak, juga bersungut-sungut, mengikutinya.

Saya jadi "merasa" punya teman untuk berbuih-buih berbincang teater. Sayang kadang, bahkan sering, buih itu menggelembung dan menguap jadi kentut. Ga ditulis siiih...

What? lalu dimana tukang kritik?


Bila ada monolog "Matinya Tukang Kritik" maka memang kah di Denpasar, tukang Tulis kritik telah mati? lalu bagaimana cara meniupkan napas bikinan ke tukang tulis kritik?

Sebuah peristiwa teater tanpa kritik, tak akan jadi matang. Tak ada yang menuliskan akan jadi hambar dan menguap lenyap.

1 komentar:

heru gutomo mengatakan...

sama seperti comment ku di sini

wah, kayaknya sulit aku menjadi bagian itu, hahaha....!!! wong teater masih menjadi hiburan sekaligus tempat ketemu temen buatku.

hmm, kalo kritikus teater gak ada. kayaknya orang ISI dan sejenisnya harus bertanggung jawab. percuma sekolah seni tapi cuma menghasilkan tukang seni... hehehe...
bukan begitu?

General Rehearseal

General Rehearseal
a Time between Us by Teater Satu Kosong Delapan

Exercise

Exercise
Teater Satu Kosong Delapan