Kami menerima tulisan maupun foto pertunjukan. Silahkan kirim ke tomo_orok@hotmail.com

Selasa, 08 Januari 2008

Apa yang menarik dengan konsep 5 menit (B1)

>> Semacam Penjelasan <<

Catatan dari bunyirantau@yahoo.com


Mengapa Motor dan SMS akan efisien?
Memahami karakter penonton pertunjukkan di Indonesia.
Indonesia memang terlahir sebagai negara yang tidak punya kedisiplinan waktu, terutama penjadwalan acara dan managemen waktunya. Tidak heran jika istilah "jam karet" begitu lekat di benak kita. Waktu menjadi masalah yang begitu dominan bagi sebagian besar aktivitas di Indonesia.

Kebiasaan tersebut akan berpengaruh pada molornya acara. Jelas hal itu akan mempengaruhi suasana hati orang yang terlibat dalam acara tersebut. Tidak hanya pemain, para penonton pun akan terganggu dengan keterlambatan itu. Hal yang lama-kelamaan menjadi kebiasaan dan kemudian dimaklumi dengan wajar begitu saja. Saya pikir hal itu adalah sebuah masalah di setiap Negara Berkembang, dan Indonesia adalah salah satunya.
Jangan salah jika hal itu berkaitan dengan kemacetan yang sering terjadi di Indonesia. Jangankan kota besar seperti Jakarta, kota sekelas Jombang ada pernah mengamali hal tersebut. Logikanya seperti ini, orang menganggap berangkat jam 7 pagi masih terlalu pagi karena di kantor harus jam 8.30. Santai sebentar, minum kopi lalu berangkat jam tujuh lewat meski yakin bakal mepet. Asumsi bahwa lebih baik nunggu di rumah ketimbang datang lebih awal di kantor adalah hal yang biasa.

Jika semua orang berikir berangkat jam 7 lewat, jalan akan pernuh di jam yang sama.
Hal itu kan menjadi kendala ketika semua orang dalam keadaan terburu-buru dan kemudian sekenanya/semaunya dalam berkendara. Jelas orang-orang tidak akan perduli meski dia melanggar rambu-rambu lalu lintas. Keadaan jalan semakin kacau dan sudah pasti, telat adalah hasil dari kejadian tersebut.
Kembali masalah yang sering terjadi di Negara Berkembang, yakni masalah waktu. Kebisaan untuk tidak menjadwalkan diri berakibat pula pada melonjaknya harga penjualan HP dan voucer isi ulangnya.
Kenapa bisa begitu?
Bagi setiap orang, komunikasi adalah hal yang penting, dan janji (jadwal acara) adalah bagian dari komunikasi itu sendiri. Masalahnya, ketika seseorang tidak lagi memperhatikan jadwal pribadi, apalagi pada jadwal milik orang lain. Di sana SMS muncul sebagai pengingat yang paling sempurna. Dan orang akan sangat rela untuk membuang beberapa SMS hanya sebagai mesin pengingat, meski pada sebuah acara yang kurang penting sekalipun.
Sekali lagi SMS begitu ekfektif, bahkan melebihi Pamflet sekalipun.
Tapi apakah kebisaan "jam karet" tersebut berefek negatif (-).
Saya pikir tidak sepenuhnya benar, karena justru ada hal yang menarik yang bisa didapatkan dengan kebiasaan tersebut, terutama dalam dunia pertunjukkan (dadakan).
Dengan memahami karakter penonton yang (memang) seperti itu, sebenarnya kita didak perlu memikirkan seberapa banyak pertunjukkan kita akan disaksikan penonton. Kita akan bisa memfokuskan pikiran kepada bentuk pertunjukkan kita dan perform apa yang sekiranya akan pantas untuk ditampilkan. Mikirin ide kreatif, stamina dan durasi waktu yang dibutuhkan dalam pementasan terbut. Intinya kita harus lebih fokus ke karya.
Saat pertunjukkan kita juga akan terbantu dengan sedikitnya penonton. Semakin sedikit penonton saat awal pementasaan, beban deman panggung kita otomatis juga akan sedikit. Dan yakin, dalam waktu 5 menit pertunjukkan kita akan ramai, jika memang perform kita menarik. Sudah barang tentu durasi pementasan harus lebih dari lima menit.

Kok bisa?
Boleh percaya atau tidak, ini rumusnya:
A akan mempengaruhi B,
B = C &/ D,
sedangkan C + D hasilnya adalah B1.
note : A = Pemain
B = Penonton
C = SMS (Hp)
D = Motor
B1 = Penonton (dlm) 5 mnt
Nah kalo tetap ngga ada yang nonton gimana?
Terpaksa si A harus punya C dan D (untuk jemput si B).
teater, Kalkulasi!

Tidak ada komentar:

General Rehearseal

General Rehearseal
a Time between Us by Teater Satu Kosong Delapan

Exercise

Exercise
Teater Satu Kosong Delapan