Kami menerima tulisan maupun foto pertunjukan. Silahkan kirim ke tomo_orok@hotmail.com

Rabu, 20 Agustus 2008

Catatan yang (tak) Terselesaikan

>>Soal Kebutuhan<<

"Saya yakin teater tradisi di Bali tak akan pernah punah," demikian saya katakan kepada teman saya pada suatu waktu di medio 2001. "Oleh sebab itu sebenarnya tidak perlu muncul kekhawatiran yang berlebih terhadap ancaman teater modern."

Wadaw..koq jadi serem begono?

Ini memang agak menyeramkan saat ngomongin "tradisi" dan "modern" dalam seni pertunjukan di Bali. Sepertinya dua hal tersebut adalah sesuatu yang saling (sangat) bertolak belakang dan tak (akan) pernah bisa bertemu. Tak mau bertegur sapa. Saling mengintip dan melirik.

Seringkali orang-orang di seni pertunjukan "modern" berkeluh dan bersungut-sungut di belakang punggung pemerintah dan masyarakat. Yang dikeluhkan apalagi kalau bukan masalah perhatian, porsi dan dukungan?

Ada hal yang membikin saya yakin dengan pendapat saya bila seni pertunjukan (teater) tradisi di Bali tak akan pernah punah. Apa itu?
"Seni pertunjukan (teater) tradisi mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan kebutuhan seniman"

Bahwa (menurut saya) seorang kreator memang semestinya mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan kebutuhan individu kreator tersebut.

Seni pertunjukan (teater) tradisi Bali tak bisa lepas dari kebutuhan masyarakat di dalam upacara-upacara keagamaan. Bagi kreator (seniman) sendiri, seni pertunjukan tersebut digunakan sebagai sarana pelepas kepenatan batin. Juga di masa kini, seni pertunjukan tersebut mampu menjawab kebutuhan materiil seniman.

Lantas?

Bagaimana dengan kreator (seniman) seni pertunjukan (teater) modern di Bali?



....



Tidak ada komentar:

General Rehearseal

General Rehearseal
a Time between Us by Teater Satu Kosong Delapan

Exercise

Exercise
Teater Satu Kosong Delapan