Kami menerima tulisan maupun foto pertunjukan. Silahkan kirim ke tomo_orok@hotmail.com

Jumat, 22 September 2006

Sulit Bermain Teater, Jangan Takut...

Pentas "Nyanyain Angsa" Teater LAH
Jumat 22 September 2006
Oleh: Nuryana Asmaudi

SEBUAH komunitas baru yang menamakan diri Teater Look and Heart (LAH), Jumat (22/9/2006) lalu pentas di Gedung Wantilan Taman Budaya Denpasar. Pada (17/9) juga di halaman SMAK Santo Yoseph, Denpasar. Pentas ini cukup "mengejutkan" kalangan teater di Denpasar. Mengapa?


Pasalnya, naskah yang dimainkan adalah "Nyanyian Angsa" karya Anton Chekov, sebuah naskah teater yang sejatinya cukup berat dan membutuhkan aktor yang kuat untuk memainkannya. Sementara Teater LAH belum memiliki jam terbang. Ini juga nomor garapan pertama kelompok teater yang berdiri tahun 2005 itu.


Berhasilkah Teater LAH memainkan "Nyanyian Angsa"? Jika yang dikehendaki adalah sebuah kesempurnaan, sudah pasti harapan penonton atau publik teater tak akan terpenuhi. Yang pasti, kalangan teater patut men-support anak-anak muda yang baru memulai kerja panggung, yang hanya dengan modal keberanian semangat memainkan naskah yang berat ini. Semangat dan kepercayaan diri mereka itulah yang patut dihargai dan didukung.


Dadi Reza Pujiadi, pemain utama sekaligus sutradara mengakui, pementasan ini hanya bermodal keyakinan dan percaya diri semata. "Saya tahu naskah ini sangat berat, tapi saya tergoda dan terpikat untuk memainkannya. Saya justru ingin menikmati susahnya main. Jadi, saya nekat. Saya yakin saya akan mendapat banyak pelajaran darinya," aku Dadi.


Pengakuan Dadi tentu tak sekadar basa-basi. Seperti nampak dalam permainannya di panggung dalam dua kali pementasannya, Dadi memang cukup payah dan terbata-bata. Biarpun secara teks pemain hafal naskah, hal itu belum mampu membantu keberhasilan pertunjukan seperti yang diharapkan. Mulai dari karakter penokohan, pesan cerita, hingga unsur elemen dasar keaktorannya belum menyentuh sasaran.


Popularitas Semu


Naskah "Nyanyian Angsa" menggambarkan tentang fenomena kehidupan seorang aktor terkenal yang telah lebih dari 40 tahun malang melintang di panggung teater. Ia sangat dikagumi masyarakat penonton teater. Ia selalu dielu-elukan, mendapat tepuk tangan meriah dari para penggemarnya.


Namun, belakangan ia baru sadar bahwa semua itu ternyata hanyalah kepopuleran dan keberhasilan semu: orang hanya menyanjung dan mengaguminya saat main di panggung, sebatas aktingnya. Selebihnya dia tak berarti. Dalam kehidupan nyata ia gagal dan tak dianggap ada. Bahkan hanya untuk mendapatkan seorang gadis penggemarnya yang dia cintai saja ia tak berhasil. Ia gelisah, kesepian, kecewa, dan terjerembab dalam kesunyian yang menyakitkan. Sebuah fenomena kehidupan orang panggung yang absurd dan menakutkan.


Karya pengarang besar Rusia ini memang menantang untuk dipanggungkan. Namun Teater LAH berani melayani tantangan itu dengan kenekatannya. Kedua personel yang memainkannya tergolong sangat muda dan belum banyak punya jam terbang. Terlebih Patrik (pemeran Nikita Ivanitck, orang tua yang jadi pembisik di panggung teater) adalah murid kelas III SMAK Santo Yoseph Denpasar, yang baru beberapa kali naik panggung di teater sekolahnya. Sementara Dadi Reza (pemeran tokoh utama Vasilli Svietlovidoff, komedian berumur 68 tahun), juga masih sangat muda. Selama ini Dadi dikenal sebagai pelatih Teater La-Jose SMAK Santo Yoseph Denpasar.


Karenanya, kalau permainan mereka belum berhasil memenuhi tuntutan naskah dan harapan penonton tentu sangat bisa dimaklumi. Seperti kesan Abu bakar dalam dialog seusai pementasan, dia melihat Dadi lebih berhasil saat menjadi sutradara dibanding menjadi pemain. Tetapi, kata Abu, ada potensi dan harapan yang cukup besar atas suksesnya pertunjukan itu, juga masih banyak waktu dan kesempatan untuk menyempurnakan,pada garapan selanjutnya.


Menurut Abu, naskah ini memang berat. "Saya belum pernah melihat kelompok teater yang benar-benar berhasil memainkan naskah ini," tutur Abu. Seraya menandaskan, sebaiknya penilaian jangan melulu mempersoalkan bagus atau tidak, berhasil atau kurang berhasil, tetapi bagaimana menjaga semangat dan kebersamaan dan menghidupkan panggung teater agar tetap ada.


Pentas "Nyanyian Angsa" Teater LAH di Wantilan Taman Budaya Denpasar malam itu mengalami sedikit perkembangan dari permainan sebelumnya di halaman SMAK Santo Yoseph. Terutama saat memasuki tiga perempat adegan bagian akhir, mulai terlihat greget dan emosi pemain. Patrik juga mengalami perkembangan lebih baik. Karenanya, untuk garapan-garapan selanjutnya, sangat mungkin akan bisa lebih bagus lagi. Terutama pada ilustrasi musik dan lampu yang perlu disempurnakan lagi.

Tidak ada komentar:

General Rehearseal

General Rehearseal
a Time between Us by Teater Satu Kosong Delapan

Exercise

Exercise
Teater Satu Kosong Delapan