Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) akan menyelenggarakan "Panggung Teater Realis Indonesia", 26 November hingga 2 Desember 2004 di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM). Acara meliputi pertunjukan, diskusi, dan pemutaran film dokumentasi teater realis dari dalam dan luar negeri.
Sejumlah kelompok teater dari beberapa kota, termasuk beberapa yang paling awal berdiri di Indonesia, yang dikenal memiliki persentuhan dengan realisme, diundang untuk berpentas.
Mereka antara lain Studi-klub Teater Bandung (Bandung), Teater Populer dan Teater Aristokrat (Jakarta), Teater Makassar (Makassar), Teater Gapit dan Teater Gidag-Gidig (Solo), serta Kelompok Satu Kosong Delapan (Denpasar).
Mereka akan membawakan naskah-naskah realis yang telah teruji dan diakui memiliki standar kualitas karya penulis-penulis seperti Arthur Miller, Henrik Ibsen, Anton Chekhov, Achdiat Kartamihardja, dan sebagainya.
Apresiasi
"Melalui Panggung Teater Realis Indonesia juga diharapkan dapat dilacak kembali perkembangan seni pertunjukan, khususnya teater di Indonesia. Selain itu, acara ini dimaksudkan sebagai sarana apresiasi bagi penikmat, peminat, dan pelaku teater dari generasi yang kemudian," ujar Ags Arya Dipayana selaku seksi publikasi DKJ.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif perihal perjalanan atau perkembangan realisme di panggung teater di Indonesia, diundang sejumlah pembicara yang selama ini dikenal sebagai pelaku, pengamat dan tokoh-tokoh yang memiliki kompetensi untuk berbicara perihal realisme. Mereka akan berbicara dalam dua sesi diskusi, yaitu "Realisme dan Pemaknaan dalam Teater di Indonesia" dan "Realisme dalam Seni Pemeranan di Indonesia".
Para pembicara adalah Goenawan Mohamad, Putu Wijaya, Bakdi Sumanto, A Kasim Achmad, Benny Johanes, Landung Simatupang dan Arthur S Nalan. Akan bertindak sebagai moderator dalam diskusi adalah N Riantiarno dan Niniek L Karim.
Untuk melengkapi "Panggung Teater Realis Indonesia" akan diputar dokumentasi video pertunjukan teater realis dari kelompok teater di Indonesia dan beberapa negara lain, sebagai bahan perbandingan.
"Dengan penyelenggaraan Panggung Teater Realis Indonesia barangkali akan dapat ditinjau kembali pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada lagi aktor dalam jagad seni pertunjukan di Indonesia. Acara ini terbuka untuk umum. Kecuali tanda masuk untuk pertunjukan Rp 20.000 dan Rp.10.000, seluruh acara dapat diikuti tanpa dipungut biaya," papar Ags Arya Dipayana.
Sejumlah kelompok teater dari beberapa kota, termasuk beberapa yang paling awal berdiri di Indonesia, yang dikenal memiliki persentuhan dengan realisme, diundang untuk berpentas.
Mereka antara lain Studi-klub Teater Bandung (Bandung), Teater Populer dan Teater Aristokrat (Jakarta), Teater Makassar (Makassar), Teater Gapit dan Teater Gidag-Gidig (Solo), serta Kelompok Satu Kosong Delapan (Denpasar).
Mereka akan membawakan naskah-naskah realis yang telah teruji dan diakui memiliki standar kualitas karya penulis-penulis seperti Arthur Miller, Henrik Ibsen, Anton Chekhov, Achdiat Kartamihardja, dan sebagainya.
Apresiasi
"Melalui Panggung Teater Realis Indonesia juga diharapkan dapat dilacak kembali perkembangan seni pertunjukan, khususnya teater di Indonesia. Selain itu, acara ini dimaksudkan sebagai sarana apresiasi bagi penikmat, peminat, dan pelaku teater dari generasi yang kemudian," ujar Ags Arya Dipayana selaku seksi publikasi DKJ.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif perihal perjalanan atau perkembangan realisme di panggung teater di Indonesia, diundang sejumlah pembicara yang selama ini dikenal sebagai pelaku, pengamat dan tokoh-tokoh yang memiliki kompetensi untuk berbicara perihal realisme. Mereka akan berbicara dalam dua sesi diskusi, yaitu "Realisme dan Pemaknaan dalam Teater di Indonesia" dan "Realisme dalam Seni Pemeranan di Indonesia".
Para pembicara adalah Goenawan Mohamad, Putu Wijaya, Bakdi Sumanto, A Kasim Achmad, Benny Johanes, Landung Simatupang dan Arthur S Nalan. Akan bertindak sebagai moderator dalam diskusi adalah N Riantiarno dan Niniek L Karim.
Untuk melengkapi "Panggung Teater Realis Indonesia" akan diputar dokumentasi video pertunjukan teater realis dari kelompok teater di Indonesia dan beberapa negara lain, sebagai bahan perbandingan.
"Dengan penyelenggaraan Panggung Teater Realis Indonesia barangkali akan dapat ditinjau kembali pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada lagi aktor dalam jagad seni pertunjukan di Indonesia. Acara ini terbuka untuk umum. Kecuali tanda masuk untuk pertunjukan Rp 20.000 dan Rp.10.000, seluruh acara dapat diikuti tanpa dipungut biaya," papar Ags Arya Dipayana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar