Catatan Pementasan Operet Teater Topeng SMAN 2 Denpasar
Dicuplik dari Bali Post 29 Oktober 2006
Bagaimana anak muda berteater saat ini? Benarkah dunia teater, sebagaimana disinyalemen sejumlah pengamat, sudah disepelekan di kalangan anak muda kini? Ah, siapa bilang. Dunia teater itu tetap hadir, tapi dalam cakrawala spirit yang berbeda -- spirit yang lebih banyak bernuansa menghibur, ceria, penuh warna, penuh canda, dan hahahaha ....
FENOMENA ini sekadar contoh, salah satunya diramaikan dengan gebrakan kelompok Teater Topeng SMAN 2 Denpasar. Pada Sabtu (21/10) lalu, kelompok ini menggelar pentas operet berjudul "RIS" di panggung aula SMAN 2 Denpasar. Dengan harga tiket masuk terjangkau saku kalangan anak muda, penonton pentas yang disutradarai Tira Shakuntala ini sungguh membludak. Sampai-sampai tiket masuk ludes sebelum pentas dimulai.
Inilah salah satu contoh bahwa tontonan teater kini sudah memasuki dimensi yang bergeser. Teater tidak lagi menjadi tontonan suntuk dengan kening para penonton yang berkerut. Namun, ia hadir dalam wilayah gebyar hiburan ala anak muda masa kini. Sebuah wilayah yang penuh canda, serius tapi santai, penuh keceriaan, penuh warna, penuh banyolan, dan tanpa beban.
Dia juga sebuah wilayah yang dipenuhi pengaruh tontonan ala "Extravaganza"-nya TransTV, film-film remaja ala "Apa Artinya Cinta" atau "Eiffel, I'm in Love", ditambah tontonan yang rada serius macam film drama musikal "Chicago". Di wilayah inilah para remaja kini berkubang dalam dinamika letupan kreativitasnya tanpa batas. Nah, jika demikian adanya, mau bilang apa soal teater?
Apa yang dilakukan Teater Topeng sudah menjawab lewat pentas operetnya. Kelompok teater yang pada 1980-an bernama Teater Sipaku-paku dengan pembina Made Taro dan Anom Ranuara -- dua tokoh teater senior Bali itu -- kini sudah memasuki babak atau cakrawala baru. Bentuk operet barangkali sudah menjadi outlet dari segudang endapan kreativitas para awak kelompok ini.
"Mengapa mesti menggarap pentas teater dengan muatan yang berat-berat? Itu kan susah dikonsumsi para remaja," ujar Tira Shakuntala, sutradara dari sejumlah pentas Teater Topeng. Bagi Tira, dunia teater di kalangan anak muda harus dihidupkan dengan cara anak muda masa kini.
Hal yang sama pun diakui Ajeng Mekar Sari yang juga asisten sutradara. Ditambahkannya, meski dunia teater kini di tangan anak muda terkesan "main-main", namun sesungguhnya di balik itu ada proses serius. "Dalam latihan kami betul-betul serius, agar tercapai kesempurnaan. Terkadang akting pemain tak sesuai dengan yang kami inginkan. Namun, kenyataan ini bukan menjadi kendala bagi kami, melainkan sebagai suatu tantangan," papar Ajeng.
Keseriusan juga diungkap Putu Gede Indra Purusha, personel senior Teater Topeng. Sebagai penanggung jawab tata panggung, Indra melakukan kerja keras. Ini semua, menurutnya, agar tata panggung betul-betul mendukung pementasan yang sudah ditata apik teman-temannya. Dan keseriusan semacam ini juga sudah dibuktikannya dalam sejumlah pentas Teater Topeng selama ini, termasuk dalam pentas operet "RIS" itu.
Nah, siapa bilang dunia teater itu kini "seram"? Dunia teater itu -- sebagaimana ditunjukkan Teater Topeng -- adalah cakrawala yang menghibur, ceria, penuh warna, penuh canda, dan hahahaha.... (tin/ana)
1 komentar:
teater memang perlu dirombak penyajiannya...
apalagi dunia sekarang bertambah kompleks, rumit,
g perlu ditambah nonton pementasan yg terlalu beraaaaaaaaaat.
otak tambah mumet.
Posting Komentar