Catatan Sebelum Pentas "Tanah Air Mata"
Oktober 2003
Oleh: Nuryana Asmaudi
TEATER Orok Universitas Udayana (Unud) Denpasar sepertinya masih ingin terus menunjukkan geliat kehidupannya. Setelah sukses menggelar Pekan Performing Art (PPA) III, kini Teater Orok melakukan berbagai upaya kegiatan mulai dari latihan dasar, pentas-pentas berskala kecil hingga program pementasan besar.
Baru-baru ini, teater yang kini dipimpin Dewi ''Ines'' Aditya Ningrum Sidoarjo ini, juga sempat menggelar pentas kecil dalam rangkaian Dies Natalis Unud dengan menggarap puisi ''Tanah Air Mata'' karya Sutardji Calzoum Bachri yang dipanggungkan dalam pertunjukan dramatisasi puisi, yang sebagian besar dimainkan oleh anggota baru Teater Orok. Menurut Utay, pelatih Teater Orok saat ini, pentas dramatisasi puisi itu memang hanya sebagai pentas uji coba dan penjajagan atau ajang pengenalan pentas bagi anggota baru Teater Orok yang baru dijaring beberapa pekan lalu. Selain itu, juga untuk mengisi permintaan meramaikan acara Dies Natalis. ''Jadi, sekalian saja kami jadikan kesempatan itu buat ajang berekspresi anggota baru, agar bersemangat dan tak bosan latihan dasar terus,'' jelas Utay, yang didampingi Pimpinan Produksi Teater Orok, Martun Janah.
Menurut Utay dan Maratun, anggota baru Teater Orok saat ini yang berjumlah 15 wanita itu, perlu diberi motivasi dan dihibur hatinya dengan diberi kesempatan dipanggungkan seperti itu, agar tak berlarian meninggalkan teater lantaran bosan latihan dasar melulu. Selain dipentaskan kecil-kecilan, saat latihan rutin juga perlu diberi variasi materi latihan. Misalnya disodori naskah-naskah ringan untuk didiskusikan dan dipraktikkan, agar terbiasa mengapresiasi naskah, juga latihan improvisasi. Semua ini, sekiranya membuat anggota baru merasa punya daya tarik dan betah bertahan.
''Cuma, persoalannya, kami sangat kekurangan naskah untuk hal itu. Sehingga kalau mendiskusikan naskah, ya sering kurang bisa berkembang. Makanya, kalau ada teman-teman senior teater yang punya banyak naskah drama ringan atau monolog, tolonglah kami dipinjamkan,'' kata Utay. Latihan rutin yang dilakukan Teater Orok saat ini nampaknya memang tak selalu bisa berjalan lancar. Yang lebih sering terjadi, jadwal latihan yang tertunda atau molor dari yang dijadwalkan. Ini dikarenakan ketidakdisiplinan anggota, atau karena terlalu sedikitnya anggota yang hadir, dan seterusnya. Sebelum masuknya anggota baru, beberapa bulan lalu Teater Orok juga sempat dibantu dramawan Cok Sawitri dalam latihan-latihan dasar yang diikuti oleh anggota lama yang belum tergolong senior. Latihan seputar olah vokal, olah tubuh dan eksplorasi, yang cukup memberi bekal awal bagi mereka.
Pentas Keliling
Tapi, di luar persoalan tersebut, kelompok teater yang didirikan Giri Ratomo dkk pada 17 Oktober 1999 ini, juga punya rencana yang cukup besar sebelum menggelar acara tahunannya PPA IV pada Maret 2004. Pada Februari 2004, Teater Orok berencana mengadakan acara muhibah atau kunjungan ke beberapa teater kampus di Jawa, untuk mengadakan studi banding sekaligus pentas keliling.
Menurut Utay dan Maratun, teater-teater kampus yang akan dijadikan tempat studi dan dikunjungi tersebut antara lain Teater UGM Yogyakarta, Teater Sianak Unsoed Purwokerto, Teater Institut Unesa Surabaya, dan Teater Gabi Universitas Sriwijaya. ''Itu rencana yang sedang kami siapkan. Sekarang lagi mulai mencari dana dan persiapan latihan naskah yang akan dipentaskan. Mudah-mudahan bisa terwujud dan berjalan lancar,'' harap Maratun. ''Sampai saat ini juga belum mulai latihan naskah,'' tambah Utay yang pernah aktif di Sanggar Posti dan Teater Got Denpasar ini.
Pada tahun-tahun awal dulu, Teater Orok memang banyak mendapat kritikan bahkan diragukan beberapa kalangan teater di Denpasar, lantaran garapannya tak pernah bersungguh-sungguh dan terkesan main-main. Atau mencari jalan pintas dengan berasurd-absurd yang tak jelas dan tak dibekali dasar-dasar bermain drama yang memadai. Tapi, belakangan nampaknya ada perubahan yang cukup menggembirakan, misalnya saat mulai menggarap ''Malam Jahanam'' (Motinggo Busye) pada 18 Januari 2003 di Taman Budaya Denpasar, dilanjutkan di Kampus IKIP Singaraja.
Jadi, kalau saat ini sedang mempersiapkan program besar pentas keliling Jawa, itu artinya Teater Orok masih punya semangat untuk bangkit dan berpacu dalam berteater. Selamat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar