>> Kesetiaan kepada siapa? <<
Saat saya dan anda - yang kebetulan - sampai hari ini masih mengingat nama ''teater, drama, dunia panggung, bermainmain" di dalam otak, muncul pertanyaan: kesetiaan ini kepada siapa?
Saya sedang menjawab salah satu kebutuhan saya. Demikian pernyataan saya yang kemudian muncul. Apa itu? ya semacam menjawab kebutuhan batin saya. Sering saya berpikir, andai saya tak manggung, tak mbaca naskah, tak ngobrolin teater maka saya bisa tambah sakit jiwa.
Kata salah satu temen: itu terlalu berlebihan lah. Terus saya jawab: Kalo dibilang berlebihan ya silahkan. Biarin.
Saya belom bisa ngebayangin semisal saya terbelenggu rutinitas ke klinik hewan kepunyaan temen saya yang berasal dari Belgia. Pagi saya nyiapin obat-obatan, ngontrol anjing-anjing dan beberapa kucing yang opname di klinik tempat saya kerja. Baru selesai kontrol, kemudian beberapa pasien langganan saya sudah duduk di ruang tunggu. Mereka antri dengan manis.
Dua orang dari empat pasien saya yang datang itu tamu dari Jepang. Mereka sudah dua bulan ini rutin kontrol Chihuahua nya. Sepasang anjing imut itu sudah dianggap seperti anak sendiri. Sedangkan dua tamu yang lain warga lokal tetangga klinik ini. Rumahnya mungkin dua blok dari tempat saya kerja ini.
Hingga jam 12 saya masih sibuk pegang spuit, stetoskop, duradryl, amphetamin, de el el.
Istirahat bentar, saya balik lagi ngotak atik binatangbinatang luculucu tapi sakit. Sorenya kecapean. Pijetpijetan bentar sama istri saya yang dengan manis selalu menyambut kedatangan saya. Lalu bobo.
Begitu seterusnya.
Lalu, kepala saya tibatiba menjadi berat pada suatu malam. Badan saya pegelpegel.
Aduh. Sialan. saya kembali inget ama panggung.
Tapi, apakah itu juga menjawab pertanyaan tentang kebutuhan orang lain?
Saat saya dan anda - yang kebetulan - sampai hari ini masih mengingat nama ''teater, drama, dunia panggung, bermainmain" di dalam otak, muncul pertanyaan: kesetiaan ini kepada siapa?
Saya sedang menjawab salah satu kebutuhan saya. Demikian pernyataan saya yang kemudian muncul. Apa itu? ya semacam menjawab kebutuhan batin saya. Sering saya berpikir, andai saya tak manggung, tak mbaca naskah, tak ngobrolin teater maka saya bisa tambah sakit jiwa.
Kata salah satu temen: itu terlalu berlebihan lah. Terus saya jawab: Kalo dibilang berlebihan ya silahkan. Biarin.
Saya belom bisa ngebayangin semisal saya terbelenggu rutinitas ke klinik hewan kepunyaan temen saya yang berasal dari Belgia. Pagi saya nyiapin obat-obatan, ngontrol anjing-anjing dan beberapa kucing yang opname di klinik tempat saya kerja. Baru selesai kontrol, kemudian beberapa pasien langganan saya sudah duduk di ruang tunggu. Mereka antri dengan manis.
Dua orang dari empat pasien saya yang datang itu tamu dari Jepang. Mereka sudah dua bulan ini rutin kontrol Chihuahua nya. Sepasang anjing imut itu sudah dianggap seperti anak sendiri. Sedangkan dua tamu yang lain warga lokal tetangga klinik ini. Rumahnya mungkin dua blok dari tempat saya kerja ini.
Hingga jam 12 saya masih sibuk pegang spuit, stetoskop, duradryl, amphetamin, de el el.
Istirahat bentar, saya balik lagi ngotak atik binatangbinatang luculucu tapi sakit. Sorenya kecapean. Pijetpijetan bentar sama istri saya yang dengan manis selalu menyambut kedatangan saya. Lalu bobo.
Begitu seterusnya.
Lalu, kepala saya tibatiba menjadi berat pada suatu malam. Badan saya pegelpegel.
Aduh. Sialan. saya kembali inget ama panggung.
Tapi, apakah itu juga menjawab pertanyaan tentang kebutuhan orang lain?
1 komentar:
hi mas toom..
sedih juga ku baca
kapan mas, proses drama lg, aku ikutann
moch satrio welang
Posting Komentar