Free Workshop Music!
with Yonas Sestrakresna and friends
Monday, August 25, 2008
3pm till down
@ Seamens Club
Danau Tamblingan 27 Sanur Bali
Kami menerima tulisan maupun foto pertunjukan. Silahkan kirim ke tomo_orok@hotmail.com
Minggu, 24 Agustus 2008
Diposting oleh tomo di 00.00 0 komentar
Kamis, 21 Agustus 2008
Free Screening Movie!
bo Stan brakhage
(Eksperimental movie)
Nanook of the North
(Documentary movie)
by Robert J Flaherty
Saturday, August 22, 2008
@ Arti Foundation
Taman Budaya Bali
Jalan Nusa Indah Denpasar Bali
19.30 wita till down.
Diposting oleh tomo di 00.00 0 komentar
Rabu, 20 Agustus 2008
Catatan yang (tak) Terselesaikan
>>Soal Kebutuhan<<
"Saya yakin teater tradisi di Bali tak akan pernah punah," demikian saya katakan kepada teman saya pada suatu waktu di medio 2001. "Oleh sebab itu sebenarnya tidak perlu muncul kekhawatiran yang berlebih terhadap ancaman teater modern."
Wadaw..koq jadi serem begono?
Ini memang agak menyeramkan saat ngomongin "tradisi" dan "modern" dalam seni pertunjukan di Bali. Sepertinya dua hal tersebut adalah sesuatu yang saling (sangat) bertolak belakang dan tak (akan) pernah bisa bertemu. Tak mau bertegur sapa. Saling mengintip dan melirik.
Seringkali orang-orang di seni pertunjukan "modern" berkeluh dan bersungut-sungut di belakang punggung pemerintah dan masyarakat. Yang dikeluhkan apalagi kalau bukan masalah perhatian, porsi dan dukungan?
Ada hal yang membikin saya yakin dengan pendapat saya bila seni pertunjukan (teater) tradisi di Bali tak akan pernah punah. Apa itu?
"Seni pertunjukan (teater) tradisi mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan kebutuhan seniman"
Bahwa (menurut saya) seorang kreator memang semestinya mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan kebutuhan individu kreator tersebut.
Seni pertunjukan (teater) tradisi Bali tak bisa lepas dari kebutuhan masyarakat di dalam upacara-upacara keagamaan. Bagi kreator (seniman) sendiri, seni pertunjukan tersebut digunakan sebagai sarana pelepas kepenatan batin. Juga di masa kini, seni pertunjukan tersebut mampu menjawab kebutuhan materiil seniman.
Lantas?
Bagaimana dengan kreator (seniman) seni pertunjukan (teater) modern di Bali?
....
"Saya yakin teater tradisi di Bali tak akan pernah punah," demikian saya katakan kepada teman saya pada suatu waktu di medio 2001. "Oleh sebab itu sebenarnya tidak perlu muncul kekhawatiran yang berlebih terhadap ancaman teater modern."
Wadaw..koq jadi serem begono?
Ini memang agak menyeramkan saat ngomongin "tradisi" dan "modern" dalam seni pertunjukan di Bali. Sepertinya dua hal tersebut adalah sesuatu yang saling (sangat) bertolak belakang dan tak (akan) pernah bisa bertemu. Tak mau bertegur sapa. Saling mengintip dan melirik.
Seringkali orang-orang di seni pertunjukan "modern" berkeluh dan bersungut-sungut di belakang punggung pemerintah dan masyarakat. Yang dikeluhkan apalagi kalau bukan masalah perhatian, porsi dan dukungan?
Ada hal yang membikin saya yakin dengan pendapat saya bila seni pertunjukan (teater) tradisi di Bali tak akan pernah punah. Apa itu?
"Seni pertunjukan (teater) tradisi mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan kebutuhan seniman"
Bahwa (menurut saya) seorang kreator memang semestinya mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan kebutuhan individu kreator tersebut.
Seni pertunjukan (teater) tradisi Bali tak bisa lepas dari kebutuhan masyarakat di dalam upacara-upacara keagamaan. Bagi kreator (seniman) sendiri, seni pertunjukan tersebut digunakan sebagai sarana pelepas kepenatan batin. Juga di masa kini, seni pertunjukan tersebut mampu menjawab kebutuhan materiil seniman.
Lantas?
Bagaimana dengan kreator (seniman) seni pertunjukan (teater) modern di Bali?
....
Diposting oleh tomo di 23.19 0 komentar
Catatan
>>Yang Terlipat<<
Saya menemukan catatan ini barusan.
Di kertas lusuh ini tertulis tanggal 10 September 2005 pukul 21.35 wib di Gedung Societit Jogjakarta.
TENTANG GERAK
Mengartikan kata atau kalimat atau huruf-huruf dengan bahasa tubuh tak sesederhana seperti yang kita kira. Meski sesungguhnya dalam keseharian kita lebih banyak "bergerak" daripada berkata-kata. Bahkan dalam "diam" pun atau tidur.
Barangkali, pesan memang akan lebih mudah disampaikan lewat bahasa tubuh. Pesan yang saya maksud di sini adalah pesan emosional yang universal.
TENTANG MATA
Mata tetaplah jendela hati seseorang. Dan aktor?
Seringkali kita kecolongan.
Mulut yang berbusa-busa menyemprotkan kata-kata, gerakan-gerakan atraktif yang melelahkan ataupun hal-hal remeh temeh yang dilakukan seorang aktor di atas panggung, tapi dimana mata itu?
: engkau menjadi robot linglung di atas panggung.
TENTANG CETAKAN
Bagaimana bila aktor dicetak sebagai boneka-boneka cantik sesuai dengan selera dan keinginan sutradara?
Lantas bagaimana dengan kadar emosionalnya? Lantas dimana kebebasan aktor untuk memerdekakan dirinya?
Bukankah semua orang berbeda kadar emosinya?
TENTANG KONTROL
Tetap saja seorang aktor semestinya mampu mengontrol semua tubuh dan batinnya di atas panggung. Tetap saja kesadaran adalah faktor yang utama.
Bila aktor semakin mampu mengontrol tubuh dan batinnya di atas panggung, maka semakin baguslah permainannya.
..
Saya menemukan catatan ini barusan.
Di kertas lusuh ini tertulis tanggal 10 September 2005 pukul 21.35 wib di Gedung Societit Jogjakarta.
TENTANG GERAK
Mengartikan kata atau kalimat atau huruf-huruf dengan bahasa tubuh tak sesederhana seperti yang kita kira. Meski sesungguhnya dalam keseharian kita lebih banyak "bergerak" daripada berkata-kata. Bahkan dalam "diam" pun atau tidur.
Barangkali, pesan memang akan lebih mudah disampaikan lewat bahasa tubuh. Pesan yang saya maksud di sini adalah pesan emosional yang universal.
TENTANG MATA
Mata tetaplah jendela hati seseorang. Dan aktor?
Seringkali kita kecolongan.
Mulut yang berbusa-busa menyemprotkan kata-kata, gerakan-gerakan atraktif yang melelahkan ataupun hal-hal remeh temeh yang dilakukan seorang aktor di atas panggung, tapi dimana mata itu?
: engkau menjadi robot linglung di atas panggung.
TENTANG CETAKAN
Bagaimana bila aktor dicetak sebagai boneka-boneka cantik sesuai dengan selera dan keinginan sutradara?
Lantas bagaimana dengan kadar emosionalnya? Lantas dimana kebebasan aktor untuk memerdekakan dirinya?
Bukankah semua orang berbeda kadar emosinya?
TENTANG KONTROL
Tetap saja seorang aktor semestinya mampu mengontrol semua tubuh dan batinnya di atas panggung. Tetap saja kesadaran adalah faktor yang utama.
Bila aktor semakin mampu mengontrol tubuh dan batinnya di atas panggung, maka semakin baguslah permainannya.
..
Diposting oleh tomo di 10.42 0 komentar
Jumat, 15 Agustus 2008
Tentang Kita di Sini
>> Kesetiaan kepada siapa? <<
Saat saya dan anda - yang kebetulan - sampai hari ini masih mengingat nama ''teater, drama, dunia panggung, bermainmain" di dalam otak, muncul pertanyaan: kesetiaan ini kepada siapa?
Saya sedang menjawab salah satu kebutuhan saya. Demikian pernyataan saya yang kemudian muncul. Apa itu? ya semacam menjawab kebutuhan batin saya. Sering saya berpikir, andai saya tak manggung, tak mbaca naskah, tak ngobrolin teater maka saya bisa tambah sakit jiwa.
Kata salah satu temen: itu terlalu berlebihan lah. Terus saya jawab: Kalo dibilang berlebihan ya silahkan. Biarin.
Saya belom bisa ngebayangin semisal saya terbelenggu rutinitas ke klinik hewan kepunyaan temen saya yang berasal dari Belgia. Pagi saya nyiapin obat-obatan, ngontrol anjing-anjing dan beberapa kucing yang opname di klinik tempat saya kerja. Baru selesai kontrol, kemudian beberapa pasien langganan saya sudah duduk di ruang tunggu. Mereka antri dengan manis.
Dua orang dari empat pasien saya yang datang itu tamu dari Jepang. Mereka sudah dua bulan ini rutin kontrol Chihuahua nya. Sepasang anjing imut itu sudah dianggap seperti anak sendiri. Sedangkan dua tamu yang lain warga lokal tetangga klinik ini. Rumahnya mungkin dua blok dari tempat saya kerja ini.
Hingga jam 12 saya masih sibuk pegang spuit, stetoskop, duradryl, amphetamin, de el el.
Istirahat bentar, saya balik lagi ngotak atik binatangbinatang luculucu tapi sakit. Sorenya kecapean. Pijetpijetan bentar sama istri saya yang dengan manis selalu menyambut kedatangan saya. Lalu bobo.
Begitu seterusnya.
Lalu, kepala saya tibatiba menjadi berat pada suatu malam. Badan saya pegelpegel.
Aduh. Sialan. saya kembali inget ama panggung.
Tapi, apakah itu juga menjawab pertanyaan tentang kebutuhan orang lain?
Saat saya dan anda - yang kebetulan - sampai hari ini masih mengingat nama ''teater, drama, dunia panggung, bermainmain" di dalam otak, muncul pertanyaan: kesetiaan ini kepada siapa?
Saya sedang menjawab salah satu kebutuhan saya. Demikian pernyataan saya yang kemudian muncul. Apa itu? ya semacam menjawab kebutuhan batin saya. Sering saya berpikir, andai saya tak manggung, tak mbaca naskah, tak ngobrolin teater maka saya bisa tambah sakit jiwa.
Kata salah satu temen: itu terlalu berlebihan lah. Terus saya jawab: Kalo dibilang berlebihan ya silahkan. Biarin.
Saya belom bisa ngebayangin semisal saya terbelenggu rutinitas ke klinik hewan kepunyaan temen saya yang berasal dari Belgia. Pagi saya nyiapin obat-obatan, ngontrol anjing-anjing dan beberapa kucing yang opname di klinik tempat saya kerja. Baru selesai kontrol, kemudian beberapa pasien langganan saya sudah duduk di ruang tunggu. Mereka antri dengan manis.
Dua orang dari empat pasien saya yang datang itu tamu dari Jepang. Mereka sudah dua bulan ini rutin kontrol Chihuahua nya. Sepasang anjing imut itu sudah dianggap seperti anak sendiri. Sedangkan dua tamu yang lain warga lokal tetangga klinik ini. Rumahnya mungkin dua blok dari tempat saya kerja ini.
Hingga jam 12 saya masih sibuk pegang spuit, stetoskop, duradryl, amphetamin, de el el.
Istirahat bentar, saya balik lagi ngotak atik binatangbinatang luculucu tapi sakit. Sorenya kecapean. Pijetpijetan bentar sama istri saya yang dengan manis selalu menyambut kedatangan saya. Lalu bobo.
Begitu seterusnya.
Lalu, kepala saya tibatiba menjadi berat pada suatu malam. Badan saya pegelpegel.
Aduh. Sialan. saya kembali inget ama panggung.
Tapi, apakah itu juga menjawab pertanyaan tentang kebutuhan orang lain?
Diposting oleh tomo di 23.22 1 komentar
Langganan:
Postingan (Atom)
Blognya Sahabat
Aksi minimalis Blackfogs Andy Padang the motivator! aRya Gothic Ayip Matamera Bilal Furqoni Bintang Bermusik Bonekanya Dian Car Insurance Dedi Dolrosyed Craig Says Digital Polaroid Dr Dree Spesialis Mata Fanty as Drama Queen Free Tips for You Kata Heru Live lovenya Oecan love-dollar mas ncEp Mangkok Bali Mediax Yonas Sestrakresna the videomaker Tatiana Browniestone Rais Blajar Terus Slugger skater Satya Natherland Rumah Tulisan Plinplan n cute Penyair Wayan "Jenki" Sunarta Pak cik Teranung di Jiran Ratih Indrihapsari Dayu Cute Puisi Selaksa Jiwa Bams Rendesvouse Penyair Riki Damparan Putra Saichu Soulidaritas Dadap Blog Learning English Pojok Waroeng Kopi Tenggarong23 Etavasi Blogkita-Bandungblog Civil Engineering Bagus Batam Hidup Belajar Nara Chill Lounge Music Neo Kid on the Blog Love-sex and Marriage New Music Update Retchel 1980 Craig Says Marilyn Kate Soraya City Adek Campur Campur Pinay Mom in Czech Hideout Gateway Gles Moch Satrio Welang
Teater Topeng SMAN 2 Denpasar
Intan Ivanna John
Teater Rumput SMKN 1 Denpasar
Robby